BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pencak silat adalah kata mejemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang
sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara, yakni
kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli Negara-negara di
kawasan Asia Tenggara. Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa,
Madura, dan Bali, sedangkan Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah
Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di
Thailand (bagian Selatan), bdan Filipina. Penggabungan kata pencak dan silat
menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu
organisasi persatuan dan perguruan Pencak dan perguruan Silatdi Indonesia yang
diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di
Surakarta. Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak
konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak
silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat
yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan
Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran
Perisai Diri.Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat
tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan
dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak
penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.
Sejak saat itu, pencak silat menjadi
istilah resmi di Indonesia.perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan
Silat asal Indonesia di berbagai Negara kemudian juga menggunakan istilah
Pencak Silat. Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sjak
dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan
Pencak Silat Antarbangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada tahun 1980.
Walaupun demikian, karena kebiasaan kata Pencak dan Silat masih digunakan
secara terpisah. Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa hal
sekitar Pencak Silat yang meliputi sejarah perkembangan, teknik dasar pencak
silat, dan beberapa hal lainnya
Pengertian Pencak Silat
Pengertian Pencak Silat di Indonesia, pencak silat merupakan
seni beladiri tradisional yang berasal asli dari Nusantara, dan pencak silat
merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan
sejarah masyarakat Indonesia.
Pengertian Pencak
Silat Secara Umum
Pengertian Pencak silat secara umum adalah merupakan metode
bela diri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat
mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup. Sedangkan di dalam kamus
bahasa Indonesia, pengertian pencak silat diartikan sebagai suatu permainan
/keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan
membela diri dengan atau tanpa senjata. Ada juga yang mengatakan
bahwa pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan
perasaan sehingga penguasaan gerak efektif dan terkendali.
Pengertian Pencak Silat di Indonesia
Berikut ini ada beberapa pendapat yang berbeda-beda oleh para
ahli dalam mendefinisikan pencak silat:
1. Abdus Sjukur
Abdul Sjukur merupakan tokoh perguruan tinggi pencak silat
bawean.
Beliau mendefinisikan pengertian pencak silat sebagai berikut
:
"Pencak adalah
gerakan langkah keindahan dengan menghindar yang disertakan gerakan berunsur
komedi. Pencak dapat dipertotonkan sebagai sarana hiburan. Silat adalah unsur
teknik bela diri menangkis, menterang dan yang tidak dapat diperagakan di depan
umum."
2. Hasan Habudin
Hasan Habudin merupakan adalah tokoh pencak silat pamur di
madura.
Beliau mendefinisikan pengertian pencak silat sebagai
berikut:
"Pencak adalah seni bela diri
yang diperagakan dengan diatur, padahal silat sebagai inti sari dari pecak
tidak dapat diperagakan. Di kalangan suku Madura pencak dianggap berakar dari
bahasa Madura ‘apengkarepeng laju aloncak’, yaitu bergerak tanpa aturan sambil meloncak.
Silat ‘se amaen alat mancelat’ yaitu sang pemain berloncat kian kemari seperti
kilat."
4. Boechori Ahmad
Boechori Ahmad merupakan tokoh pencak silat Tapak
Suci di Jember
Beliau mendefinisikan pengertian pencak silat sebagai
berikut:
"Istilah ‘pencak’ bersal dari
Madura ajar dari kata ‘pecak’ sebetulnya lain, yaitu ‘acak mancak’ yang berarti
melompat ke kiri ke kanan dengan menggerakkan tangan dan kaki.
Pencak adalah fitrah manusia untuk
membela diri sedangkan silat sebagai unsur yang menghubungkan gerakan dan
pikiran."
5. alm. Imam Koesepangat
alm. Imam Koesepangat merupakan Guru Besar Setia Hati Teratai
Madiun:
Beliau mendefinisikan pengertian pencak silat sebagai
berikut:
"Pencak adalah
gerak bela diri tanpa lawan
Silat adalah bela diri yang tidak
boleh dipertandingkan
Menurut Mr. Wongsonegoro, tokoh
dari IPSI
Pencak adalah gerakan serang bela
yang berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang
biasa dipertunjukkan di depan umum.
Silat adalah inti sari dari pecak,
ilmu yang memperkelahian atau membela di mati matian yang tidak dapat
dipertunjukan di depan umum."
Adapun Tujuan Pencak Silat TRIGUNASAKTI
adalah :
- Membentuk dan mendidik kader-kader bangsa agar memiliki
sikap ksatria, berani membela kebenaran dan keadilan, disiplin yang tinggi
serta tanggung jawab lahir dan batin.
- Membentuk masyarakat "Berjiwa Sehat, Berpikir
Cerdas, Berprestasi."
- Sebagai wadah bagi generasi yang mempunyai hobi olahraga
khususnya beladiri untuk menyalurkan bakat dan minatnya.
- Mendidik generasi mudah agar tidak terjerumus pergaulan
bebas, pengguna obat terlarang.
- Mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih
memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga Pencak Silat
sebagai kebutuhan hidup.
sejarah
pencak silat
Nenek moyang bangsa Indonesia
telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan
mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka
menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam
sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal
mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan
menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku
Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan
menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya
belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya
dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu
bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam
pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger
berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai
artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada
pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi
Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan
seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja,
melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan
Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa
terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini
karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan
yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara
lainnya.
Pencak silat telah
dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai
nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan
nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat
dikenal dengan nama bersilat,
dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari
namanya, dapat diketahui bahwa istilah “silat” paling banyak menyebar luas,
sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan
di rantau Asia Tenggara.
Tradisi silat
diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru
ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan.
Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke
daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek)
diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung
Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan
dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula
cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang
perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap
daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan,
misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang
Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit[butuh rujukan] dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat
secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh
kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat
diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat
menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa
di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara
adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau
kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam
prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi “palang pintu”, yaitu peragaan
silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya
digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan
rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita
dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh
hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan
antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin
pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.Silat lalu
berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari
pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah
perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat
senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku
Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai
Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini
telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu
para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta
berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa
Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau
lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari
pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya
organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat
aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948,
terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat
sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980,
Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M.
Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut
juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei
Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri
Persilat.
Beberapa organisasi
silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA)
di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di
Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di
Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat
dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam
pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games
B. PERKEMBANGAN
PENCAK SILAT DI INDONESIA
Berbicara tentang “Perkembangan”, maka kita harus meletakkan dan melihat adanya
saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana deratan
tersebut dijajar menurut skala waktu. Kejadian sejarah tidak hanya terjadi pada
seorang dan satu tempat saja, akan tetapi selalu terjadi akibat adanya saling
hubungan manusia dengan sesamanya, yang kemudian dapat diperluas antara daerah
bahkan antarnegara. Karena ketiga faktor sejarah tersebut yaitu faktor manusia,
faktor tempat, dan faktor waktu, harus ada secara keseluruhan, dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus
dipelihara, dibina, dan dikembangkan guna memprkuat penghayatan dan pengamalan
Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa,
mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional, memperkokoh jiwa persatuan
dan kesatuian bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita
bangsa di masa depan. (TAP. MPR, 1987:109)
Pencak silat, merupakan salah satu jenis bela diri yang sudah cukup tua
umurnya. Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara pasti kapan dan oleh siapa
pencak silat itu diciptakan. Oleh karena itu biasannya perkembangan sejarah
pencak silat, selalu dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia. Bagaimana
sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia, sejak dulu zaman penjajahan
hingga setelah merdeka dan melaksanakan pembangunan disegala bidang.
1. Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai
dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Orang yang hidup di dekat hutan-hutn mempunyai cara membela diri yang khas
untuk menghadapi binatang yang buas yang ada di hutan. Bahkan mereka juga
menciptakan bela diri dengan meniru gerakan binatang tersebut, misalnya meniru
hewan harimau, ular, burung.
Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan
langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak
di tanah yang tidak rata. Biasanya mnciptakan bela diri yang mempunyai cirri
khas kuda-kuda yang kokoh tidak hanya bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih
lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa berjalan
bergegas, lari. Sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan
bela diri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat bela diri. Akhirnya
setiap daerah mempunyai bela diri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya.,
sehingga timbullah aliran bela diri beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk
daerah yang satu dengan yang lainnya menyababkan terjadinya tukar mrnukar ilmu
bela diri, sehingga dapat meningkatkan mutu bela diri di setiap daerah.
2. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh
punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pehuang, pahlawan yang berusaha
melawan penjajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat diajarkan secara
rahasia, sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh penjajah akan dilarang.
Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan
untuk melawan mereka. Kekhawatiran mereka memang beralasan, karena hamper semua
pahlawan bangsa seperti Tjik di Tiro, Imam bonjol, Fatahillah, Diponegoro, dan
lain-lain adalah pendekar silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahhui para penjajah, bahkan
sebagian menjadi semacam perkumpulan rahasia. Pencak silat dipelajari pula oleh
kaum gerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional. Secara
diam-diam prguruan-perguruan tersebut pencak silat berhasil memupuk kekuatan
kelompok-kelompok yang siap melawan penjajah sewaktu-waktu. Kaum pergerakan
yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang, secara diam-diam pula, menyebarkan
ilmu pencak silat tersebut di tempat pembuangan. Pasukan Pembela Tanah Air yang
telah dikenal dengan nama PETA, juga mempelajari pencak silat dengan tekun.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Pencak silat sebagai ilmu bela diri nasional, didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan pertahanan bersama menghadapi
sekutu. Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran
pencak silat di seluruh Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat yang
diatur oleh pemerintah di Jakarta, pada waktu itu tidak diciptakan oleh para
Pembina pencak silat suatuolahraga berdasarkan pencak silat yang diusulkan
untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada setiap pagi di sekolah-sekolah.
Akan tetapi usul itu ditolak oleh Shimitzu, karena khawatir akan mendesak
Tahayo Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk
menghidupkan unsure-unsur warisan kebesaran kita, tujuannya adalah untuk
mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi untuk kepentingan Jepang,
bukan untuk kepentingan nasional kita. Namun haruslah kita akui bahwa
keuntungan yang kita dapatkan dari zaman itu, kita mulai insyaf lagi akan
keharusan berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dari masyarakat.
Walaupun di masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan kesempatan
untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan
mendalami melalui guru-guru dan pendekar pencak silat, atau secara
turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional,
semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat
dikembangkan sebagai identitas nasional, para pelajar pada tahun duapuluhan
atau bsebelumnya mendalami pencak silat, ternyata di masa kemerdekaan telah
terbentuklah wadah nasional pencak silat Indonesia, pada tahun 1948.
3. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Kemahiran ilmu bela diri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa
Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya ada zaman
perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu perang, sibuk
sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat. Pesantren-pesantren disamping
mengajarkan agama, juga meningkatkan pendidkan bela diri pencak silat. Perang
fisik di Surabaya melawan Sekutu, pada bulan November tahun 1945, banyak
menampilkan pejuang yang gagah berani.; Hasil didikan pencak silat dari pondok
Tebu Ireng Gontor dan Jamsaren.
Pondok pesantren dan perguruan-perguruan pencak silat tersebut bukan hanya
mengajarkan bela diri pencak silat saja melainkan juga mengisi jiwa ara calon
pejuang dengan semangat juang patriotisme yang berkobar-kobar. Semangat juang
demikianlah yang membuat mereka tak mempunyai rasa takut sedikiypun dalam
melawan penjajah tentara sekutu yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap
dan canggih, sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan
perang kemerdekaan secara gemilang.
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda melancarkan dua kali
agresi untuk menguasai kembali Indonesia. Pencak silat kembali dimanfaatkan
secara maksimal untuk meningkatkan kemahiran putra-putri Indonesia guna
menghadapi perang terhadap Belanda. Para pemimpin bangsa Indonesia, dan para
pendekar silat waktu itu, menyadari bahwa pengajaran pencak silat berhasil
memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat.
Pada awal kemerdekaan kita, Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia
dalam kelompok-kelompok kesukuan dengan dibentuknya Negara-negara bagian.
Bahkan kemudian terjadi pemberontakan politik PKI di Madiun, dan Darul Islam
atau DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk
menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara pagar
betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan rakyat yang
telah diajarkan kemahiran bela diri pencak silat.
4. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar pencak
silat berkumpul untuk membentuk organisasi pencak silat. Pada tanggal 18 Mei
1948, dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI),
yang kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Persatuan para
pendekar dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk menggalang kembali
semangat juang bangsa Indonesia, yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Yang
lebih penting, pencak silat dengan rasa persaudaraannya dapat memupuk rasa
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada saat itu sedang terpecah
belah.
IPSI berdiri pada tahun 1973 dengan dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun
Sudirohadiprodjo, dan Rachmad Surenogoro. Banyak regenerasi yang dilakukan oleh
IPSI dan seminar yang salah satunya dilaksanakan di Tugu Bogor pad tahun 1973.
Program olahraga bela diri pencak silat dtingkatkan dengan dilaksanakan program
pertandingan olahraga pencak silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahrag
Nasional (PON). Dengan seringnya kegiatan pertandingan olahraga pencak silat
dtingkat-tingkat daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan
pencak silat yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah.
Usaha-usaha pemerintah untuk menangani pencak silat akan lebih mendorong masyarakat
untuk ikut melestarikan penak silat. Pada beberapa tahun terakhir pencak silat
memasuki kawasan internasional, baik dari perkembangan pencak silat di
negara-negara Eropa dan Amerika, maupun hubungan silaturahmi dengan bangsa
serumpun di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1980 terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa (PERSILAT)
yang didukung oleh Negara-negara Asean, ialah Indonesia, Malaysia, Singapura.
Tanggal 1 Januari 1983 diadakan pertemuan di Singapura.
Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di
bidang olahraga pencak silat meliputi :
1. Peraturan pertandinagn olahraga pencak silat.
2. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
3. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
4. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
5. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
6. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga pencak
silat, (PERSILAT, 1985).
PERATURAN PENCAK
SILAT
Peraturan Pertandingan Pencak Silat di Indonesia memuat
tentang Ketentuan Bertanding, yang meliputi Ketentuan Kemenangan, Ketentuan
Hukum Pesilat, dan Ketentuan Penilain. Baik kita kupas tentang Peraturan
Pertandingan Pencak Silat sebagai berikut:
1. Ketentuan Bertanding
a. Pertandingan Pencak silat dilakukan oleh dua pesilat yang saling
berhadapan untuk mencapai prestasi.
o Melakukan pembelaan
(hindaran, elakan dan tangkisan)
o Melakukan serangan
pada sasaran (serangan tangan dan kaki)
o Menjatuhkan lawan.
o Mengunci lawan.
b. Pertandingan pencak silat dilakukan dalam 3 babak, dangan
masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antara babak 1 menit.
c. Ketentuan Pertandingan
o Setiap pembela dan
serangan harus berpola dasi sikap awal, pasangan, langkah serta adanya
koordinasi dalam melakukan serangan/pembelaan harus kembali kepada sikap
awal/pasang.
o Serangan beruntun
harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah
sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan
o Mematuhi ketentuan
mengenai sasaran, larangan-larangan dan kaidah pencak silat dan
ketentuan-ketentuan perwasitan umumnya.
d. Pertandingan Pencak silat dipimpin oleh satu rang wasit dan lima
orang juri.
2. Ketentuan-ketentuan Kemenangan
Peraturan pertandingan Pencak silat memuat ketentuan kemenangan sebagai
berikut:
a. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan
salah satu pesilat dengan jumlahh angka lebih banyak dari lawannya.
b. Menang teknik jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena;
o Menyatakan diri
tidak dapat meneruskan pertandingan
o Atas keputusa
dokter pertandingan, karena kondisi atlet mungkin membahayakannang mutlak
o Atas permintaan
pelatih
c. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak
sadar setelah hitungan wasit sampai ke-10 dalam waktu 10 detik.
d. Menang diskwalifikasi, jika:
o Lawan mendapat
peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2
o Lawan melakukan
pelanggaran berat yang diberikan hukuman langsung diskwalifikasi.
o Lawan melakukan
pelanggaran tingkat pertama dan lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
e. Menang karena pertandingan tidak seimbang
f. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan
diri.
3. Ketentuan Hukum Kepada Pesilat
Peraturan Pertandingan pencak silat memuat ketentuan hukum kepada pecak
silat sebagai berikut:
a. Teguran, diberikan bila pesilat melakukan pelanggaran ringan.
o Teguran I, nilai
dikurangi satu (1)
o Teguran II, nilai
dikurangi dua (2)
b. Peringatan I, jika pesilat mendapat teguran ke-3 dalam satu babak
akibat pelanggaran ringan. Peringatan ini di kurangi lima (5)
c. Peringatan II, diberikan bila pesilat mendapat Peringatan I,
Peingatan II, nilai dikurangi sepuluh (10)
d. Diskwalifikasi diberikan bila pesilat:
o Mendapat peringatan
setelah peringatan II
o Melakukan
pelanggaran berat yang didorong oleh unsur kesengajaan yang bertentangan dengan
norma keolahragaan
o Melakukan
pelanggaran tingkat pertama dan lawan cidera tidak dapat melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter perandingan.
4. Ketentuan Penilaian
Ketentuan penilaian dalam peraturan pertandingan pencak silat adalah
sebagai berikut:
a. Nilai 1 (satu)
o Elakan/tangkisan
yang berhasil yang berlangsung disusul oleh serangan yang masuk pada sasaran,
atau teknik jatuhan yang berhasil
o Serangan tangan
yang maasuk pada sasaran
b. Nilai 2 (dua)
o Serangan kaki yang
masuk pada sasaran
c. Nilai 3 (tiga)
o Menjatuhkan lawan
d. Nilai 4 (empat)
o Mengunci lawan
e. Selain nilai-nilai di atas diberikan nilai kerapian teknik, yaitu
penilaian atas kaidah-kaidah permainan pencak silat, dengan nilai terendah 2
(dua) dan nilai tertinggi 5 (lima) pada setiap babak.
4. Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher ke
atas dan kemaluan, yaitu:
o Dada
o Perut
o Pinggang kiri dan
pinggang kanan
o Punggung
o Sedangkan tungkai
dan tangan dapat dijadikan sasaran serangan dengan menjatuhkan dan mengunci,
tetapi tidak mempunyai nilai sebagai serangan perkenaan.
Kuda-Kuda Dasar Dalam Pencak Silat
Sikap kuda kuda adalah sikap siap sedia dengan posisi
berdiri, kedua kaki dibuka ke belakang atau kesamping tergantung jenis
kuda-kuda yang di pakai dengan tujuan untuk memperkokoh dn memperkuat posisi
berdiri saat melakukan penyerangan atau tangkisan. Sikap kuda- kuda merupakan
sikap dasar setiap akan melakukan gerakan serangan atau tangkisan. Sikap
kuda-kuda yang bagus akan membantu memperkuat posisi bertahan atau menyerang
seorang atlet pencak silat. Bagi orang yang sudah mahir pencak silatnya. Dengan
hanya menggunakan sikap kuda dia lawan sudah tidak dapat menyerangnya.
Ada beberapa macam sikap kuda-kuda dilihat dari gerakannya:
1. Kuda-Kuda Depan.
2. Kuda-Kuda Belakang.
3. Kuda-Kuda Tengah
4. Kuda-kuda samping
5. Kuda-Kuda Silang Depan
6. Kuda-Kuda Silang Belakang
Berikut ini penjelasan dari masing-masing kuda-kuda:
1. Kuda-Kuda Depan.
Cara melakukan kuda- kuda depan adalah Kuda-kuda depan dibentuk dengan posisi
kaki didepan ditekuk dan kaki belakang lurus, telapak kaki belakang serong ke
arah luar, badan tegap dan pandangan kedepan, berat badan pada kaki depan,.
2. Kuda-Kuda Belakang.
Cara melakukan kuda- kuda belakang adalah kuda-kuda belakang di bentuk
dengan bertumpu pada kaki belakang. Tumit yang dipakai sebagai tumpuan tegak
dengan panggul, badan agak condong ke depan, kaki depan berjinjit dengan
menapak dengan tumit atau ujung kaki.
3. Kuda-Kuda Tengah
Cara melakukan kuda-kuda tengah adalah dibentuk dengan kedua kaki
ditekukan dengan titik berat badan berada ditengah, kedua kaki melebar sejajar,
dapat juga dilakukan dengan posisi serong. Posisi kedua telapak kaki serong
membentuk sudut 30 derajat, tampak depan tampak samping tampak belakang.
4. Kuda-kuda samping
Cara melakukan kuda-kuda samping dengan cara satu kaki ditekuk dan kaki
yang lain lurus ke samping, berat badan pada kaki yang ditekuk, bahu sejajar
atau segaris dengan kaki. posisi kedua kaki melebar sejajar dengan tubuh dan
berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk. Posisi ke dua telapak
kaki sejajar membentuk sudut 30 derajat , tampak dari depan.
5. Kuda-Kuda Silang Depan
Cara melakukan Kuda-kuda silang adalah satu kaki di depan, berat badan
ada di kaki depan ditumpukan pada satu kaki, kaki yang lain ringan sentuhan
dengan ibu atau ujung jari kaki. Pandangan lurus kearah depan.
6. Kuda-Kuda Silang Belakang
Cara melakukan kuda-kuda silang adalah salah satu kaki berada di
belakang dengan keadaan menyilang dan kaki di tumpukan ke belakang, badan tetap
tegak lurus, kedua lutut ditekuk dengan salah satu tangan diarahkan ke
belakang.
Pencak silat merupakan olahraga beladiri yang halus, tetapi
menyimpan kekuatan yang dahsyat. Apakah Anda tertarik untuk belajar pencak
silat?
Selain untuk pembelaan diri, pencak silat juga
mengandung beberapa nilai luhur, antara lain aspek mental spiritual, aspek
beladiri, aspek seni, dan aspek olahraga. Salam merupakan aspek penting
dalam seni beladiri pencak silat.
Selain sebagai pembuka, salam juga menunjukkan
penghormatan kita kepada penonton, dewan juri, dan lawan pada
khususnya. Salam juga menunjukkan aspek kewibawaan yang harus dimiliki
oleh seorang pendekar.
Adapun teknis dalam pemberian salam dalam
beladiri pencak silat sebagai berikut:
a. Posisi
badan dalam keadaan tegak dengan posisi lengan lurus di samping dan kaki dalam
keadaan rapat dengan ujung tumit beradu dan membentuk huruf V.
b. Kedua
tangan membentuk sudut 900 dan dirapatkan di depan dada.
c. Kedua
lengan direntangkan ke atas sambil mengucapkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
d. Kedua
tangan diturunkan dan dirapatkan di depan dada sambil mengucapkan doa kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan kita sebagai manusia.
e. Meluruskan
lengan kanan ke depan dengan lima jari terbuka sambil mengucapkan Pancasila.
f. Posisi tangan kanan
ditarik kembali ke depan dada, seperti pada sikap semula. Kemudian, bersiap untuk melakukan gerakan jurus.
Macam-Macam Pukulan Dalam Pencak Silat
Pengertian Pukulan
Pengertian
Pukulan dalam pencak silat adalah Serangan yang dilakukan dengan menggunakan
tangan kosong sebagai komponennya. Pada prinsipnya segala teknik
pukulan yang terdapat dalam pencak silat boleh digunakan untuk menyerang
bagian-bagian tubuh lawan yang disahkan untuk diserang dalam upaya memperoleh
angka.
Macam-macam Pukulan Dalam Pencak Silat
Dalam
pertandingan pencak silat, teknik pukulan yang sering dipergunakan adalah
pukulan depan, pukulan sangkal/bandul, pukulan samping, dan pukulan melingkar.
Untuk lebih jelasnya mengenai macam-macam pukulan dalam pencak silat akan saya
jelaskan sebagai berikut.
·
Pukulan Depan
Pukulan depan
adalah pukulan yang dilakukan dengan lintasan lurus ke depan. Untuk mencapai
hasil yang optimal dapat dilakukan dengan dibantu oleh pergerakan bahu dan
putaran pinggang yang mendukung untuk pemindahan berat badan kebagian depan
tangan yang menyerang.
Pukulan dapat
dilaksanakan dalam dua sikap tubuh yang berbeda, yaitu pukulan depan dengan
posisi tangan yang digunakan untuk menyerang sejajar dengan posisi kaki yang
berada di depan, dan pukulan depan dengan posisi tangan yang tidak sejajar
dengan kaki depan.
·
Pukulan Sangkal/Bandul
Pukulan
sangkar/bandul adalah pukulan yang dilakukan dengan posisi tangan ditekuk 90
derajat. Lintasan tangan diayun dari bawah ke atas. Pukulan ini dapat
dilaksanakan dengan posisi kaki yang bervariasi, baik dengan posisi kaki depan
sejajar dengan tangan yang dipergunakan untuk menyerang atau tidak.
·
Pukulan Melingkar
·
Pukulan melingkar adalah pukulan yang dilakukan dengan
lintasan pukulan dari arah samping luar tubuh pesilat menuju ke arah dalam
tubuh pesilat. Untuk hasil yang optimal dari pukulan lingkar ini, harus
didukung dengan pergerakan bahu dan pinggang yang searah dengan arah pukulan.
Karena hal ini dapat menambah bobot pukulan dengan adanya dorongan berat badan
pesilat ke tangannya.
·
Pukulan Samping
Pukulan
samping adalah pukulan yang arahnya ke samping tubuh pesilat, dengan
menggunakan punggung tangan. Lintasan pukulan dari samping tubuh ke arah luar
tubuh pesilat.
Teknik Pembelaan Pada Pencak Silat
pembelaan adalah usaha untuk menangkis atau
mengelak dari serangan lawan. Dalam melakukan gerakan pembelaan kadang harus
dengan melakukan gerakan pendahuluan atau gerakan berangkai. Teknik gerakan-gerakan
pembelaan dapat berupa.
1. Tangkapan,
2.
Jatuhan,
3.
Lepasan, dan
4.
Kuncian.
Keempat
teknik pembelaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Teknik Tangkapan
Tangkapan adalah usaha untuk melakukan pembelaan dengan cara menahan lengan dan
kaki lawan. Tangkapan dapat dilanjutkan dengan menjatuhkan dan mengunci lawan.
tangkapan dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan.
a. Teknik
tangkapan satu tangan, terdiri atas:
·
Tangkapan dengan tangan
·
Tangkapan dengan lengan
·
tangkapan dengan ketiap atau
kempit
b. Tangkapan dengan
menggunakan kedua lengan. Gerakannya terdiri atas:
·
Teknik tangkapan tangan rapat
searah
·
Teknik tangkapan rapat berlawanan
·
teknik tangkapan renggang searah
2. teknik Jatuhan
Adalah usaha
pembelaan dengan cara menjatuhkan lawan. Ini bisa dilakukan setelah melakukan
tangkapan yang dilanjutkan dengan menjatuhkan lawan. Teknik jatuhan dapat
dilakukan dengan cara:
a. Menahan tenaga
serangan lawan. ini dilakukan searah dengan:
·
Teknik jatuhan dengan tarikan
·
Teknik jatuhan dengan dorongan
b. Mengubah arah
serangan lawan. Caranya yaitu:
·
Tarikan
·
Dorongan
·
Putaran
c. Meniadakan
tumpuan badan lawan. Caranya yaitu:
·
Sapuan tegak
·
Sapuan Rebahan
·
Kaitan luar
·
Kaitan belakang
·
Angkatan dalam
·
Angkatan belakang
·
Ungkitan dan tangkisan
3. Teknik
Lepasan
Adalah upaya untuk
melepaskan diri dari tangkapan lawan dapat dilakukan dengan cara:
·
Teknik melepaskan sergapan lawan
dengan menggunakansatu tangan dapat dilakukan dengan: Putaran, Sentakan,
Serangan, Tangkapan balasan.
·
Teknik melepaskan diri dari
sergapan lawan dengan menggunakan dua tangan: Balasan, Serangan, Bantuan.
·
teknik lepasan dengan kaki
·
Teknik lepasan dengan dua kaki
4. teknik Kuncian
Kuncian adalah
usaha menguasai lawan dengan tangkapan atau jepitan sehingga membuat musuh
tidak berdaya. Kuncian bertujuan untuk:
·
Menahan kemungkinan gerakan lawan
·
Mematikan gerak sendi lawan dengan
lipatan
Tendangan Dalam Pencat Silat
Macam-macam tendangan dalam
pencat silat
Dalam bela diri pencak silat, tendangan merupakan salah satu tehnik
yang dipakai ketika berhadapan dengan lawan dengan situasi jarak yang jauh.
dimana si pesilat menggunakan tungkai kaki dalam serangannya. Di dalam pertandingan
pencak silat apabila si pesilat berhasil melakukan tehnik tendangan dan
serangan dengan menggunakan tehnik tendangan tersebut masuk maka ia akan
memperoleh point 2. Nah berikut ini kami akan memberikan beberapa macam
tendangan dalam pencak silat yang biasa dipergunakan untuk tehnik
menyerang :
1. Tendangan Lurus Pencak
silat
Tendangan lurus pencak silat berikut ini yang adalah tendangan dengan
lintasan lurus ke depan, sasaran adalah kemaluan lawan, atau perut lawan,
pesilat bisa mengkombinasikan tendangan ini dengan kombinasi lompatan.
3. Tendangan "T" Pencak Silat
Yang dimaksut dengan tendangan sabit pencak silat adalah tendangan
pencak silat dengan lintasan kaki melengkung atau membentuk lintasan
seperti sabit, dengan sasaran yang dituju adalah arah perut.
Tendangan
T dalam pencak silat merupakan jenis tendangan yang diperagakan posisi
tubuh menyamping dan lintasan tendangan lurus ke samping. Bagian kaki
yang digunakan adalah bagian tajam telapak kaki dan tumit. Beraneka
ragam bentuk Variasi dalam pelaksanaanya diantaranya : T lompat,T gantung, T jepret.
4. Tendangan Jejag/Gejos Pencak Silat
Tendangan
gejos dalam pencak silat dilakukan dengan mengangkat lutut setinggi
mungkin dan kemudian mendorong tungkai kedepan sasaran. sasaran yang
dituju adalah perut lawan
5. Tendangan belakang Pencak Silat
Adalah
merupakan tehnik tendangan yang dilakukan memutar tubuh dan sikap tubuh
membelakangi lawan,dengan perkenaan pada telapak kaki atau tumit,
sasaran yang dituju adalah perut lawan, bisa juga sasaran kepala.
6. Tendangan Gajul Pencak Silat
Merupakan Tendangan gajul perkenaannya pada tumit sedang lintasannya adalah dari arah bawah ke atas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar